“Lady Gaga koq diributin.. Apa bedanya dengan yang
sudah ada di Indonesia? Penyanyi Indonesia juga banyak tuh yang seronok. Tuh
penyanyi dangdut seronok masuk sampai ke kampung-kampung, ditonton anak-anak. Jika
mau adil, yang seperti itu juga dilarang dong..”
Lha para pendukung kebebasan itu memangnya selama ini
mendukung pelarangan pornografi sampai ke kampung-kampung? Dulu saat Inul
banyak yang menentang, kaum liberalis juga menggunakan dalil yang sama: ‘yang
lain juga dilarang doong’. Protes soal chef Sarah Quin (betul ga ya namanya?),
juga ditentang dengan alasan: ‘dia ga sengaja tampil seronok koq’. Jika
tempat-tempat maksiat digerebek, katanya menghalangi orang cari nafkah. Jika
penyanyi dangdut seronok itu diprotes masyarakat sekitar, dijawab: urus dosa
masing-masing, kalau ga suka ya ga usah nonton.. Bahkan di saat semua itu
berusaha dikurangi dengan UU Anti Pornografi dan Pornoaksi, banyak yang
menjerit-jerit: “jangan memasung kebebasan berekspresi!” Intinya kan
sebenarnya: “Jangan larang kami melakukan pornografi dan pornoaksi, di tingkat
manapun! Mau kami menari bugil sambil mutar-mutarin baju di atas kepala di
genteng rumah kami, yo jangan protes!” Jadi, kenapa membanding-bandingkan Lady
Gaga ama Keyboard Mak Lampir? (julukan para pedangdut seronok di daerah
kami..). Toh dua-duanya sebenarnya kalian dukung, atas nama kebebasan
berekspresi? Kami, malah sedang berusaha menentang dua-duanya..
“Kita hidup dlm masyarakat yg sangat plural, sehingga
setiap individu hendaknya bebas memilih & menjalankan apapun prinsip
hidupnya (termasuk mendukung Irshad Manji atau Lady Gaga), lalu semuanya saling
menghormati dlm segala perbedaan pilihan tsb”
Hmm.. Bijak dalam teori, kacau balau dalam praktek.
Jika saja semua individu bebas menjalankan prinsip hidupnya, maka kita ga perlu
nunggu suku Maya meramalkan akhir dunia. Bisa dibayangkan, jika banyak orang
yang mendukung Sumanto, lalu menjalankan prinsip hidupnya sebagai kanibal, maka
ayam goreng Kentucky ga bakal laris lagi, dan banyak orang yang nenteng-nenteng
pisau daging dan botol merica di jalanan.. Atau, jika banyak orang yang
mendukung Amrozi, kemudian menjalankan prinsip hidupnya sebagai pelaku bom
bunuh diri, maka terminal bus way yang paling sesak pun akan bubar dalam 5
detik (termasuk penjaga tiketnya) begitu ada lelaki menyandang ransel datang
mendekat..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar