“Di masyarakat yang plural ini, janganlah ada
pemaksaan kehendak. Biarlah setiap orang melakukan pilihannya sendiri, tanpa
paksaan. Sesuatu yang dipaksa itu pasti tidak baik. Nilai yang dianut setiap
orang berbeda, jadi jangan paksakan nilai yang kamu anut terhadap orang lain..
Jangan jadi tirani mayoritas..”
Sulit membantahnya kan?
Pertama-tama, saya tanya dulu: apakah sebagian besar
dari kita memang dengan sukarela masuk kerja jam 8 dan pulang jam 5 atau bahkan
lembur? Apakah memang kita yang memohon-mohon agar jatah cuti kita setahun
cukup dua minggu? Apa anda memang luar biasa ikhlas dengan jumlah gaji anda
sekarang? Jika tidak, kenapa anda tidak coba mengatakan kepada atasan anda
sekarang:”Maaf pak, sebenarnya saya menganut paham bahwa kerja itu hanya 3 jam
sehari, cuti 6 bulan dalam setahun, dengan gaji minimal 30 juta. Jadi, jangan
paksakan kehendak bapak..”
Apa anda dulu saat remaja belajar dengan sukarela,
ikhlas bin legowo?
Semua hukum dan undang-undang, apalagi dalam alam
demokrasi, pada prinsipnya, adalah pemaksaan kehendak, dari sebagian besar
masyarakat yang sepakat, kepada masyarakat lainnya yang tidak sepakat.
Memangnya semua orang setuju dengan UU tentang Narkotika? Atau UU tentang
Korupsi? Atau bahkan UU Pajak? Apa anda kira semua wajib pajak memang sudah
gatal setengah mati ingin membayar pajak sebesar itu? Lha kenapa kaum liberal
ga pernah menjerit-jerit di jalanan: “Jangan paksakan kehendak! Biarkan mereka
bayar pajak seikhlasnya..”
Jadi kenapa, saat ada penduduk di suatu daerah setuju
untuk memberlakukan perda anti prostitusi, perjudian dan miras, dengan hukuman
cambuk bagi pelakunya, kaum liberal tiba-tiba lantang berteriak “Itu melanggar
HAM!”. Anda kira memenjarakan orang itu tidak melanggar HAM nya untuk hidup
bebas merdeka? Dan kenapa, ketika RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi berusaha
disahkan, tiba-tiba saja prinsip demokrasi berdasar suara terbanyak dianggap
sebagai tirani mayoritas? Jika memang begitu, ga ada salahnya dong jika para
pecandu narkoba dan miras ramai-ramai naik xenia untuk demo di jalanan dan
berteriak “Jangan jadi tirani mayoritas! Kalian sudah melanggar HAM kami untuk
ajeb-ajeb sampai pagi..”.
Jika saja setiap undang-undang harus disepakati semua
orang dulu baru bisa disahkan, maka kita tidak akan pernah punya undang-undang
satu pun. Yang tidak boleh, adalah memaksa dengan kekerasan. Jika sudah banyak
yang setuju, dan memang UU itu demi kebaikan bersama (sama seperti kita dipaksa
belajar saat remaja), di mana salahnya?
“Orang-orang yang mencari kebenaran itu, seperti air.
Jika dihadang, ia berbelok. Dibendung, ia akan merembes. Bahkan jika dibendung
dengan menggunakan beton dalam bendungan raksasa, ia akan menguap.. Ia tidak
akan pernah lelah mencari jalannya…”
[ww.fimadani.com]
Lalu intinya? Нâ²˚°=D°˚Нé²˚°:D°˚Нü²˚°=))
BalasHapusIntinya lakukan yg terbaik u/ dirimu dan sesama mu, dan jgn pernah rugikan orang2 lain di sekitar mu. Kalau itu saja dilakukan, hidup ini indah.
Aye-aye ┐('⌣'┐)(┌'⌣')┌ aye-aye